Minggu, 11 November 2012

TASAWUF CINTA


Ust.Hefni Zain

I

Tasawuf adalah sebuah elemen penting dalam islam, bagi sebagian orang bentuk bentuknya kerapkali dianggap tak lazim dan ide idenya acapkali dianggap sulit dicerna, tetapi bagi kaum sufi sendiri, tasawuf dipilih sebagai jalan menerobos masuk ke sisi terdalam dari religiusitas islam, sebab  mereka kurang puas dengan bentuk penghayatan agama yang bersifat  formalistik.
Cinta merupakan karakter utama yang mencirikan kehidupan para sufi, mereka menghadapi hidup dengan cinta, mendekati Allah dengan cinta dan menyandarkan penghayatan keagamaan mereka juga dengan cinta. Sungguh cinta karena Allah merupakan bagian dari ikatan iman yang paling mendasar dan kokoh, cinta merupakan jembatan yang dibentangkan Allah kepada manusia, maka tidak ada jalan yang lebih mempercepat wushul ila Allah kecuali jembatan cinta.
Mendekati Allah dengan cinta adalah sesuatu yang paling utama, sebab dengan cinta seseorang dapat menurunkan rahmat Allah yang tidak dapat diturunkan dengan wasilah lain. Allah tidak dapat dijangkau dengan pandangan mata kepala, sebagaimana firmanNya “la tudrikuhul absaar”,  tetapi sangat mungkin dijangkau dengan mata hati dan cinta, sebagaimana ditegaskan para sufi “ kulihat Tuhanku dengan mata hatiku dan cintaku, maka akupun berkata tidak disangsikan lagi yang Engkau itu adalah Engkau Tuhan.
Sebuah syair melukiskan “Allah menyeru kepada hambanya, kenalilah diriKu dengan cintamu, maka Akupun akan mengenali dirimu dengan cintaKu, bila engkau telah mengenaliKu dengan cintamu dan Aku telah mengenalimu dengan cintaKu, maka diriKu ada dalam dirimu dan dirimu ada dalam diriKu, dirimu dan diriKu satu dalam cinta”. Maka dalam  konteks cinta tidak ada lagi aku dan engkau, bila masih ada aku adalah aku dan engkau adalah engkau, belumlah ia sampai pada inti cinta sejati.
Allah pernah berfirman kepada  nabi musa as “Beruntunglah kaum yang menyembahKu karena cintanya padaKu, menjadikanKu tuhan mereka (almahbub), menghabiskan malam dan siangnya untuk beribadah  padaKu, memfokuskan semua perhatiannya padaku dengan cara memutuskan segala sestau selain aku”.
Dalam sebuah hadits juga disebutkan “barang siapa yang menjadikan tujuannya hanya kepada Allah semata, niscaya Allah akan mengatasi segala problemnya yang lain”. Dalam riwayat lain juga  disebutkan ﺀﻲﺸ ﻝﻜ ﻪﺑﺣ ﺍ ﺍﺩﺑﻋ ﷲﺍ ﺐﺤ ﺍ ﺍ ﺫ ﺇ “apabila Allah mencintai seorang hamba, maka hamba itu akan dicintai oleh segala sesuatu.
 II
Suatu hari Robiah Adawiyah berlari melintasi kota basrah, satu tangannya membawa ember berisi air dan tangan yang satunya membawa obor yang menyala, seseorang bertanya, Rabiah, apa yang hendak engkau lakukan? Aku ingin menyiram neraka dan membakar surga sehingga keduanya lenyap dan tidak ada lagi orang yang menyembah Allah karena takut akan neraka atau mengharap sorga, melainkan semata mata demi keindahanNya. Lalu Robi’ah ditanya orang, apakah engkau mencintai Allah yang maha agung ?, ya, aku sangat mencintainya jawab Robi’ah, orang itu bertanya lagi, apakah engkau menganggap syetan sebagai musuhmu? Rabi’ah menggeleng “tidak”. Si penanya  heran, kenapa begitu? Rabi’ah dengan seirus menjawab, rasa cintaku kepada Allah telah begitu menguasaiku sehingga tidak menyisakan tempat dihatiku dan tidak ada lagi kesempatan dihatiku untuk mencintai atau membenci siapapun.
Dalam sebuah doanya Rabiah Adawiyah berseru, Yaa Allah jika aku menyembahmu karena takut neraka, bakarlah aku kedalamnya, dan jika aku menyembahmu karena tamak sorga, campakkan aku darinya, namun jika aku menyembahmu demi engkau semata, maka janganlah engkau enggan memperlihatkan keindahanMu yang abadi padaku.
Cinta yang sempurna adalah datang dari pencinta yang tidak berharap apapun bagi dirinya, bagaimana mungkin engkau menginginkan pemberian ketika engkau sudah memiliki  sang pemberi, maka seseorang bisa disebut bertasawuf cinta ketika ia menyingkirkan semua yang ada di kepalanya, memberikan semua yang ada ditangannya dan tidak takut terhadap apapun yang menimpanya, sufi cinta adalah mereka yang melihat dalam satu arah dan hidup dalam satu jalan, sebab yang utama bukanlah yang menempuh banyak jalan, melainkan yang memilih jalan efektif untuk sampai pada tujuan, cinta dan taqwa  kepada Allah adalah jalan yang efektif untuk wushul ila Allah.
Diantara tanda tanda cinta hamba terhadap Allah adalah hatinya selalu bersih dan dipenuhi keyaqinan yang mantap, lisannya selalu diserta pujian, matanya selalu disertai rasa malu dan tangis, kehendaknya selalu diisi dengan meninggalkan kehendaknya, ia mendahulukan apa yang disenangi Allah diatas segalanya, dirinya selalu ridlo atas semua keputuasan Allah,  ia merasa nikmat dalam taat dan ibadah kepada Allah. Pendekar cinta adalah mereka yang merasa kaya dalam kemiskinan, yang menjadi tuan dalam penghambaan, yang merasa kenyang dalam kelaparan, yang merasa hidup dalam kematian, dan yang merasa manis dalam kepahitan.
Bila seseorang telah tenggelam dalam lautan cinta ilahi maka tidak ada sesuatupun yang dapat mempengaruhi keperibadiannya. Adakah orang yang telah merasakan manisnya cintaMu masih menginginkan penggati selainmu, adakah orang yang telah bersanding denganmu masih mencari penukar selainmu. Apakah gerangan yang diperoleh orang yang tela kehilanganmu, masih adakah kekurangan bagi orang yang telah mendapatkanMu? Seseorang yang telah mencintai Allah,  dirinya tidak mudah berputus asa terhadap rahmat Allah, mereka bersyair “demi keagunganMu duhai junjunganku, jika engkau mengusirku, aku akan tetap berdiri di depan gerbangMu, aku tak akan berhenti merayuMu sampai aku mencapai titik puncak ma’rifat dengan kebaikan dan kemulyaanmu”, Maka mereka selalu merindukan ibadah kemudian menghanyutkan diri didalamnya dan mencintai sepenuh hati  dan sekujur jasadnya, ia memberikan tempat dihatinya dan tak mempedulikan apapun yang terjadi dalam urusan dunia.
Karena itu melangkahlah lillah dan jangan hiraukan penilaian orang, kalau kalian berbuat sesuatu hanya ingin disebut ikhlas maka itu tidak ikhlas, demikian juga  bila kalian meninggalkan sesuatu hanya karena khawatir disebut tidak ikhlas maka itupun tidak ikhlas. Intinya “jadilah seperti karang ditengah samudera yang kokoh menghadapi ganasnya gelombang, atau jadilah kalian seperti ilalang yang lentur dan tidak patah oleh beban dadakan seberat apapun.

III
Perjalanan cinta kepada Allah mesti dimulai dengan mencintai seseorang yang paling dicintai Allah yakni Rasululloh saw, perjalanan cinta kepada Rasululloh saw juga mesti dimulai dengan mencintai seseorang yang paling dicintai Rasululloh saw,  yakni para ahli baitnya yang suci, para sahabat nya yang setia dan para ulama’ serta pengikutnya yang terus konsisten memegang prinsip yang diajarkan dan dicontohkannya, maka beruntunglah orang orang yang mencintai mereka, bila anjing saja disebut beruntung karena  mencintai ashabul kahfi, mana mungkin seseorang tidak beruntung bila mencintai mereka yang dicintai  Nabi saw ?
Dalam hadist qudsi disebutkan ”Sesungguhnya ada hamba hambaku yang mencintaiku dan aku mencintai mereka, mereka merindukanku dan aku merindukan mereka, mereka memperhatikanku dan aku memperhatikan mereka, jika si fulan mengikuti mereka akupun akan mencintai si fulan, jika si fulan memusuhi mereka akupun akan memusuhi si fulan.
Diantara  syarat yang harus dilakukan seseorang guna mendapatkan cinta kepada Allah, seseorang tidak cukup hanya menjalankan ibadah normatif saja, melainkan harus melalui cinta dengan memperbanyak amalan amalan nafwafil, maka  bila Allah telah cinta kepadanya, jadilah Dia telinganya yang mendengar, matanya yang melihat, lidahnya yang berkata, tangannya yang memegang, dan kakinya yang berjalan, bila ia berdoa kepada Allah, maka akan dikabulkannya, bila ia meminta perlindungan dari segala kesusahan, maka akan dilindunginya”. 

IV

Dalam sebuah hadits disebutkan “Barang siapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan menolak karena Allah, maka telah sempurna imannya”. Jalaluddin Rumi menegaskan “ Jika tiada cinta, dunia akan membeku, cinta baginya adalah penaka lautan luas dan dalam, seluas dan sedalam daya jelajah nurani manusia itu sendiri, cintalah yang semestinya menjadi  landasan ibadah seseorang kepada Tuhannya, ia mestinya menjadi pilar bagi hubungan manusia dengan sesama atau manusia dengan kosmik.
Cinta adalah akar dari segala kebaikan dan keutamaan hidup manusia, tanpa cinta manusia akan saling bermusuhan satu sama lainnya, perang adalah bentuk ekstrim dari corak hubungan manusia yang kering akan cinta, keributan kemanusiaan adalah manefestasi dari iklim hati yang membeku karena sepi dari gairah cinta, hati tanpa cinta adalah garang, tulisan tanpa cinta hanya nuktak tak bermakna, puisi tanpa cinta hanyalah mbanyol dan akal tanpa cinta adalah kebingunan  belaka.

Tidak ada komentar: